Sunday, March 28, 2010

PEMBENARAN KARENA IMAN MENURUT SURAT GALATIA

PEMBENARAN KARENA IMAN
MENURUT SURAT GALATIA


I. Pendahuluan
Surat Galatia ditulis Paulus setelah sidang raya gereja di Yerusalem (Kis. 15). Jemaat Galatia adalah jemaat yang kebanyakan anggotanya nonyahudi. Paulus pertama kali mengunjungi mereka dalam perjalanan penginjilan, yang dicatat di Kis. 13-14 (Berdasarkan teori Galatia Selatan, kota-kota seperti Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, dan Derbe ada di provinsi Galatia).
Surat ini ditulis oleh Paulus yang sangat menguatirkan iman jemaat Galatia yang sedang disesatkan oleh ajaran Yudaisme dari orang-orang Kristen Yahudi. Mereka mengajarkan bahwa orang nonyahudi harus disunat dan mengikuti ajaran Taurat supaya diselamatkan. Ajaran ini meresahkan jemaat Galatia dan berpotensi menimbulkan perpecahan. Paulus segera merespons. Ia dengan keras menegur jemaat Galatia karena mereka begitu mudah berpaling dari Injil sejati yang ia telah beritakan kepada “injil palsu” tersebut. Paulus membela kebenaran Injil yang ia beritakan dari berbagai sisi.
Yang menjadi permasalahan besar yang dibahas dalam surat Galatia adalah, di mana di daerah ini didapati satu kelompok Kristen Yahudi Palestina yang sangat kuat memegang Taurat. Mereka berusaha memaksakan pendapatnya, bahwa jika orang ingin masuk dalam jemaat yang diselamatkan pada akhir zaman, maka akan masih kurang jika ia belum disunat dan mentaati hukum Taurat Musa. Untuk menjadi orang Kristen, jalan yang paling awal adalah orang harus masuk dalam kelompok umat-umat Allah Israel. Kelompok yang memaksakan hukum Taurat kepada orang-orang Kristen non-Yahudi di Galatia ini adalah kelompok yang berpendapat di dalam Konsili Rasul-Rasul, bahwa orang menjadi Kristen juga harus mentaati hukum Taurat. Paulus menyebut kelompok ini dengan sebutan „saudara-saudara Palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, ...“ (Gal 2:4). Kelompok Yahudi Kristen Palestina yang sangat setia kepada Taurat ini mempunyai program, di mana mereka mengutus beberapa orang mengikuti jejak-jejak misi Paulus dan pada jemaat-jemaat yang didirikan Paulus ini mereka memberitakan „Injil palsu“-nya, supaya jemaat-jemaat non-Yahudi ini juga mentaati hukum Taurat. Agitasi anti-paulinis mereka terletak pada dua hal: (1) Injil paulinis, dan (2) Apostolat atau Kerasulan Paulus.
Dalam kasus di Galatia, mungkin ada beberapa orang yang mengikuti ajaran dari kelompok Yahudi Kristen Palestina ini, di mana mereka menyunatkan diri (5:11st) dan mengikuti ajaran Taurat. Oleh karena itu Paulus meresponi situasi ini dengan „surat perang“-nya yang penuh dengan kritik yang sangat keras dari awal sampai pada akhir surat. Surat ini kemungkinan besar ditulis kira-kira pada awal tahun 56, yaitu pada tahun yang sama dengan ditulisnya surat Roma. Hal ini mempunyai bukti-bukti yang sangat kuat, bahwa terdapat hubungan teologis yang sangat kuat antara kedua surat ini.
II. Pembenaran karena Iman
Rasul Paulus dalam bagian ini menyatakan pembenaran orang percaya adalah karena iman :
• Seorang tidak dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat
Para penganut Yudaisme mengajarkan bahwa seorang percaya perlu untuk melakukan sejumlah Hukum Taurat agar dapat diselamatkan. Tetapi rasul Paulus menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat setia dalam melakukan hukum Taurat (3:10). Jadi segala usaha manusia untuk memperoleh pembenaran di hadapan Allah berdasarkan Hukum Taurat adalah sia-sia.
Dan fakta bahwa bila seseorang percaya kepada Yesus ditambah dengan yang lain-lain menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya menyerahkan dirinya sendiri kepada Yesus. Ia masih mempertahankan sesuatu yang lain. Saya belum mempercayakan uang saya disimpan di Bank bila saya masih memegang atau mempertahankan uang itu. Saya belum memberikan surat saya kepada tukang post selama surat itu masih ada di tangan saya. Saya belum mempercayakan diri saya sendiri agar pilot itu menerbangkan pesawatnya sebelum saya masuk ke dalam pesawat dan duduk dan membiarkan pilot itu menerbangkan pesawatnya. Saya belum mempercayakan hidup saya sepenuhnya kepada Kristus sebelum saya menghempaskan atau melemparkan diri saya sendiri -- yang miskin, yang tidak mampu melakukan apapun, yang tidak layak, dan orang berdosa yang terhilang ini – di bawah kaki-Nya dan berseru, “Jika aku binasa, aku binasa di sini. Jika aku mati, aku mati di sini, percaya di dalam kasih dan rahmat Yesus.”
• Dasar Pembenaran kita adalah iman kepada Yesus Kristus (3:26)
Rasul Paulus dengan keras menegur jemaat Galatia yang dengan mudah menerima pengajaran Injil Plus dari orang-orang Yudaisme. Rasul Paulus menegaskan bahwa dasar keselamatan kita adalah iman kepada Yesus Kristus dan bukan karena melakukan Hukum Taurat (3:2, 13). Abraham dibenarkan karena imannya kepada Allah dan bukan karena perbuatannya (3:6). Di dalam rahmat dan kematian serta penderitaan Tuhan kita, kita akan diselamatkan melalui Dia, kita diperdamaikan dengan Allah melalui kematian-Nya, kita diselamatkan oleh hidup-Nya yang telah bangkit dari antara orang mati dan pelayanan-Nya sebagai perantara untuk kita dalam kemuliaan. Oleh Dia kita sekarang telah menerima penebusan atas dosa-dosa kita. Bukan lagi “aku.” Tetapi “Dia.” Bukan karena kekuatanku, tetapi di dalam Dia aku diselamatkan melalui percaya, menyerahkan hidupku kepada Dia, menerima dan memandang Dia. Kita diselamatkan oleh karena apa yang Yesus telah lakukan bagi kita!
Paulus berbicara dengan terus terang bahwa selain percaya kepada Yesus tidak ada apapun yang dapat kita lakukan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan kebenaran saya sendiri atau perbuatan baik yang saya lakukan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan seremonial-seremonial atau ibadah yang saya pelihara dan jalankan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan baptisan saya, atau percaya Yesus ditambah dengan memelihara hari Sabat, atau saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan tangisan dan penyesalan saya. Saya tidak diselamatkan oleh apapun kecuali hanya oleh Yesus saja – hanya oleh Yesus, Yesus secara eksklusif, Yesus untuk selama-lamanya, Yesus satu-satunya.
• Setiap orang dibenarkan karena iman
Rasul Paulus menggambarkan Abraham, bapa orang beriman, sebagai orang yang dibenarkan karena iman. Dan semua orang yang beriman akan menerima pembenaran seperti halnya dengan Abraham. Tidak ada pembedaan karena semua orang dibenarkan karena iman (3:28).
Allah membenarkan Abraham ketika Ia melihat iman Abraham (Kej. 15:6; dikutip juga dalam Rom. 4:3 dan Yak. 2:23). Allah tidak perlu melihat perbuatan Abraham karena Ia menguji hati orang (I Sam. 16:7). Tetapi manusia tidak dapat melihat iman di dalam hati. Jikalau iman Abraham tidak nyata di dalam perbuatannya, maka tidak akan ada seorang pun yang akan dapat berkata dengan pasti bahwa Abraham sungguh-sungguh beriman. Tetapi iman Abraham adalah murni, sehingga ketika Allah menyuruhnya mempersembahkan Ishak, dia menurut dan tetap percaya akan janji Allah (Rom. 4:20-22). Inilah perbuatan imannya, hasil dari iman yang murni. Iman Abraham bukan hanya ada di kepala, tetapi juga meresap ke dalam hatinya, sehingga dia berbuat sesuai dengan imannya. Ketika kita melihat perbuatan ini, kita dapat dengan yakin mengakui bahwa Abraham sungguh mempunyai iman. Dengan kata lain, Abraham dibenarkan di hadapan manusia oleh perbuatannya (Yak. 2:21-22). Jadi, Abraham dibenarkan di hadapan Allah oleh imannya, dan di hadapan manusia oleh perbuatannya.
Hanya mengetahui kebenaran dan mengaku percaya tidak cukup. Iman harus meresap ke dalam hati, sehingga hati kita benar-benar terarah kepada sasaran iman kita, yaitu Kristus sendiri. Iman semacam ini adalah murni dan hidup, dan iman yang hidup mau tidak mau akan nyata di dalam perbuatan.

III. Pertahanan Paulus terhadap Doktrin Pembenaran karena Iman terpisah dari Pekerjaan Hukum Taurat
1. Dengan menunjukkan kebodohan orang-orang Kristen Yahudi karena meninggalkan iman dan terang mereka yang baru, dan kembali ke legalisme/mementingkan pelaksanaan hukum secara harafiah. Ga 2:15-21
2. Dengan menarik pengalam rohani yang terdahulu dari orang-orang Galatia. Ga 3:1-5
3. Dengan menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena iman. Ga 3:6-9
4. Dengan menunjukkan bahwa hukum taurat tidaj mempunyai kuasa yang membebaskan, tetapi membawa kutukan atas orang yang tidak taat, yang darinya Kristus membebaskan orang-orang percaya. Ga 3:10-14
5. Dengan membuktikan bahwa hukum taurat tidak membatalkan perjanjian keselamatan karena iman. Ga 3:15-18
6. Dengan menunjukkan tujuan hukum taurat sebagai guru untuk menyiapkan jalan bagi Kristus. Ga 3:19-25
7. Dengan menunjukkan kerugian dari mereka meningalkan imannya dalam Kristus dan kembali lagi ke legalisme
a. Mereka kehilangan berkat warisan mereka sebagai anak-anak Allah, dan kembali ke dalam ikatan tata cara lahiriah/seremonialisme. Ga 3:26 - 4:11
b. Mereka telah kehilangan rasa penghargaan atas pelayanan yang diberikan untuk kepentingan mereka. Ga 4:11-16
c. Mereka dalam bahaya karena menjadi anak-anak Abraham secara daging, bukannya anak-anak perjanjian. Ga 4:19-31
d. Mereka bukan hanya kehilangan kebebasan rohani, tetapi membuat pengorbanan Kristus sia-sia bagi mereka. Ga 5:1-6
Surat Galatia merupakan manifesto kemerdekaan Kristen (5:1 – 6:10). “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (5:1). Bagi Paulus kemerdekaan didasarkan dalam hubungannya pada Kristus dan pembebasan dari perhambaan hukum Taurat. Hal ini terbukti dan menjadi nyata di dalam kasih yang melayani (5:13). Secara konkret kemerdekaan memanifestasikan diri, di mana orang-orang tidak lagi dipisahkan-pisahkan melalui perbedaan kelamin, ras, bangsa, sosial, melainkan mereka dipersatukan di dalam kasih melalui Kristus (3:28).

IV. Kesimpulan
Surat Galatia menjelaskan dengan tegas dan lugas bahwa keselamatan adalah karena iman dan bukan karena perbuatan. Baik PL maupun PB keduanya menegaskan hal yang sama. Akan tetapi, orang yang sudah diselamatkan harus menghasilkan buah-buah pertobatan di dalam hidupnya.
Oleh karena itu lah, maka Paulus menulis surat yang polemik ini kepada orang-orang Galatia itu. Itu adalah surat yang sangat keras. Dan dengan hanya satu hentakan saja, Rasul Paulus menyapu semua konsep keselamatan yang diduga merupakan hasil dari ketaatan terhadap Taurat atau legalism atau oleh usaha manusia atau oleh karena memelihara upacara-upacara lahiriah atau seremonial lahiriah. Jika manusia diselamatkan, itu hanya oleh karena kasih dan anugerah serta rahmat Yesus Kristus “yang mengasihi saya dan memberikan nyawa-Nya sendiri sebagai tebusan bagi saya.”
Jelaslah bahwa pembenaran dan keselamatan datang oleh iman saja. Tetapi iman yang murni akan selalu nyata melalui perbuatan. Seseorang mendapatkan keselamatan seketika ia mempunyai iman kepada Yesus Kristus. Walaupun dia tidak sempat untuk menyatakan buah perbuatan baik setelah dia beriman, dia masih tetap selamat. Buktinya, Yesus menerima penjahat yang disalib di sampingNya setelah penjahat itu memohon Yesus untuk mengingat dirinya, walaupun dia tidak sempat berbuat baik (Luk. 23:39-43). Hal ini bukan berarti kita dapat menyatakan diri beriman, lalu seenaknya berbuat jahat. Bahkan, hal itu tidak mungkin terjadi, sebab iman yang murni akan selalu disertai dengan perbuatan baik. Dan orang lain akan dapat melihat perbuatan itu jikalau kita mempunyai kesempatan untuk menunjukkannya. Jikalau seorang berkata bahwa ia beriman, sedangkan perbuatannya tidak mendukung ucapannya itu, maka dapat dipastikan bahwa imannya adalah iman yang mati, walaupun ia bersikeras bahwa ia mempunyai iman. Iman yang mati sama dengan tidak mempunyai iman sama sekali, dan tidak mempunyai iman berarti tidak ada keselamatan (Yak. 2:14). Memang, perbuatan tidak dibutuhkan untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi orang yang sudah diselamatkan oleh iman kepada Yesus akan menghasilkan buah perbuatan baik, karena iman itu hidup dan aktif.
Seseorang diselamatkan melalui iman – hanya oleh iman. Pada saat seseorang percaya pada Yesus Kristus dengan sesungguhnya, dia diselamatkan dan keselamatannya terjamin. Keselamatan tidak diterima dengan iman dan kemudian dipertahankan dengan perbuatan. Rasul Paulus membicarakan isu ini dalam Galatia 3:3, “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Jika kita diselamatkan melalui iman, keselamatan kita juga dipelihara dan dijamin dengan iman. Kita tidak dapat menghasilkan keselamatan kita sendiri. Karena itu kita juga tidak dapat menghasilkan cara untuk memelihara keselamatan itu. Adalah Tuhan yang menjaga keselamatan kita (Yudas 24). Tangan Tuhan memegang kita dengan teguh dalam genggamanNya (Yohanes 10:28-29). Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38-39).
Semua penolakan terhadap jaminan keselamatan pada dasarnya adalah kepercayaan bahwa kita perlu menjaga keselamatan kita melalui pekerjaan baik kita. Ini sama sekali bertolak belakang dengan keselamatan berdasarkan anugrah. Kita diselamatkan karena jasa-jasa Kristus, bukan diri kita (Roma 4:3-8). Mengatakan bahwa kita perlu menaati Firman Tuhan atau hidup suci demi untuk mempertahankan keselamatan kita adalah sama dengan mengatakan bahwa kematian Yesus tidak cukup untuk melunasi hutang dosa kita. Kematian Yesus sudah sungguh-sungguh cukup untuk melunasi semua hutang dosa kita – dulu, sekarang dan akan datang, sebelum dan sesudah diselamatkan (Roma 5:8; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus 5:21)
.

No comments:

Post a Comment