Tuesday, March 30, 2010

HARI SABAT Keluaran 20:8-11>< Ulangan 5:12-15

Arti dari hari SABAT
SABAT (Ibrani שבת - "SYABAT", bermakna, 'berhenti', 'melepaskan') Ada yang mengartikan bahwa SABAT adalah SABTU atau hari yang ketujuh, padahal SABAT bukan berarti SABTU meskipun SABTU merupakan hari SABAT. Demikian pula Musa adalah nabi Allah, sedangkan nabi Allah bukan hanya Musa saja.
Berdasarkan etimologi, kata benda sabat dari akar kata Ibrani syin-bet-tau berasal dari kata kerja dengan akar kata yang sama yang mengandung arti berhenti dari sesuatu seperti contoh ayat-ayat di atas, dapat pula ditelaah dari Yosua 5:12, "berhentilah manna itu", Nehemia 6:3, "Untuk apa pekerjaan ini terhenti", Ayub 32:1, "ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka", Yesaya 24:8, "Kegirangan suara rebana sudah berhenti", dan lain-lain.
Penyelidik ahli yang lain menghubungkannya dengan kata SYEBA' (tujuh) karena ritme tujuh hari yang keras dari pada sabat itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang menonjol sekali antara sabat dengan kata bahasa Akad syapattu (hari ketujuh yang kedua). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan sabat di dalam Alkitab, hari-hari tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan merupakan hari-hari sial (dies nefasti). Barangkali hari sabat pada zaman pengembangan Israel dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bandingkan paralelisme sabat dengan perayaan bulan baru di dalam 2 Raja-raja 4:23; Yesaya 1:13; Yehezkiel 46:1, dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak digantungkan lagi padanya (menurut Keluaran 23:12 sebelum zaman para raja)
Hari Sabat (Sabbath) adalah perkara yang sangat penting di mata YAHWEH, Elohim Pencipta seluruh alam semesta, itu nampak dari kata “INGATLAH.” Kata peringatan “INGATLAH” ini tidak terdapat di seluruh Sepuluh Perintah Elohim kecuali hanya pada perintah yang ketiga dari Sepuluh Perintah-Nya tersebut.

Hari Sabat Orang Yahudi
Allah berfirman, "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat." Ini bukanlah yang pertama kali perintah ini diberikan kepada umat Israel, karena Allah mengatakan "ingatlah." Sejak awal mula penciptaan, Allah sudah memberikan perintah ini kepada manusia. Kitab Kejadian menjelaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan dunia dalam enam hari dan pada hari yang ke tujuh Allah berhenti. Inti kata Sabat berarti "Beristirahat setelah bekerja keras." Orang-orang lupa untuk memelihara perintah Allah yang sebenarnya. Karena itu Allah memperingatkan mereka bahwa mereka hendaklah mengambil satu hari dari tujuh hari yang ada sebagai hari yang kudus untuk beristirahat dan beribadah. Hari Sabat orang Yahudi berbeda. Hari itu merupakan karunia dari Allah dan menjadi hari yang dihormati. Allah memberikan perintah ini karena Dia sudah menunjukkan contoh dan bekerja enam hari dalam menciptakan dunia kemudian Dia berhenti pada hari yang ketujuh.
Selanjutnya hukum ini mengatakan, "enam hari lamanya Engkau akan bekerja..." Ada yang lebih dalam mengenai perintah ini daripada hanya sekedar perhatian satu hari untuk beristirahat. Hukum ini juga merupakan suatu perintah untuk bekerja keras dan menentang kemalasan. Perintah keempat adalah suatu perintah untuk bekerja keras selama enam hari dengan rajin, juga untuk beristirahat satu hari agar dapat memberikan penghormatan kepada Allah. Seseorang yang membuang waktu pada satu dari enam hari yang tersedia sama bersalahnya di hadapan Allah seperti orang yang bekerja di hari Sabat. Merupakan hal yang berbahaya jika mengabaikan hari yang kudus ini. Hari tersebut adalah milik Allah. Dalam kehidupan Kekristenan tidak ada tempat bagi penidur atau pemalas. Ini adalah suatu perintah yang menentang kemalasan. Jelas bahwa satu hari dari tujuh hari yang ada harus menjadi hari yang kudus. Kita harus menjaganya tetap kudus dengan menghindarkannya dari segala kerja dan usaha manusia. Kita musti menguduskan satu hari dalam seminggu untuk beristirahat dalam hadirat Allah.
Alkitab mengatakan bahwa setiap orang harus bekerja. Jika seseorang tidak dapat bekerja untuk mendapatkan upah, maka dia harus bekerja tanpa upah. Kita selalu bisa bekerja. Seorang pengangguran janganlah tinggal tanpa melakukan pekerjaan. Dalam Amsal 14:23 kita membaca, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja." Ini adalah janji dari Allah sendiri. Allah mengatakan jika seseorang bekerja keras di rumah atau tetangga sekitarnya, meskipun dia tidak mempunyai penghasilan yang tetap, akan ada keuntungan karena kerja kerasnya, yaitu keuntungan moral dan secara keuangan. Tuhan Yesus mengatakan, "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33. Allah mengatakan bahwa jika kita mencari kerajaan Allah dan kebenarannya dan memberi diri kita untuk bekerja keras dalam ketaatan kepada perintah Allah, maka Dia akan mengatur hidup kita dan menyediakan kebutuhan- kebutuhan kita. Rasul Paulus mengatakan, "Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba- Nya." Kolose 3:23-24.
Bangsa Yahudi membuat hari Sabat menjadi hari yang penuh dengan "janganlah kamu melakukan ini dan itu." Mereka membatasi hari itu dengan banyak peraturan sehingga menjadi sebuah beban untuk menjaga hari itu sebagai hari yang kudus.
Hari sabat untuk masa kini?
Kebiasaan orang Yahudi pada hari Sabat, yaitu hari Sabtu, adalah berkumpul bersama, berhenti bekerja, dan menyembah Allah. Dari kesepuluh perintah Allah yang tercantum dalam Keluaran 20:1-17, hanya sembilan yang kembali ditegaskan (diwajibkan) dalam Perjanjian Baru. (Enam dalam Matius 19:18, mengenai: pembunuhan, perzinahan, mencuri, menghormati orang tua, menyembah Allah; Roma 13:9, mengenai: iri hati. Menyembah Allah secara benar telah mencakup ketiga perintah pertama dari 10 perintah Allah). Satu-satunya yang tidak ditegaskan kembali adalah yang mengenai hari Sabat. Melainkan, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).
Dalam penciptaan alam semesta, Allah berhenti pada hari yang ke-7. Tetapi, karena Allah Maha Kuasa, Ia tidak menjadi cape karena penciptaan itu. Ia tidak butuh istirahat. Jadi, mengapa Alkitab mengatakan bahwa Ia beristirahat? Alasannya sederhana: Markus 2:27 mengatakan,"Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat," Dengan kata lain, Allah menetapkan hari Sabat sebagai hari istirahat bagi umat-Nya, bukan karena Ia butuh istirahat, tetapi sebab kita ini fana dan butuh waktu untuk beristirahat, dan memfokuskan diri pada Allah. Dengan demikian, baik tubuh maupun jiwa kita akan diperbaharui kembali.
Sistem hukum Perjanjian Lama menuntut pengkudusan hari Sabat sebagai bagian dari keseluruhan sistem moral, legal, dan korban yang dengannya orang-orang Yahudi berusaha memenuhi tuntutan Allah mengenai tingkah laku (sikap), pemerintahan, dan pengampunan dosa. Dalam pengertian ini, hari Sabat adalah bagian dari Hukum Taurat. Supaya dapat "tetap" berada dalam kondisi yang diperkenankan oleh Allah, anda harus juga mengkuduskan hari Sabat. Jika tidak, orang tersebut berdosa dan akan dihukum. (Yehezkiel 18:4; Roma 6:23: Ulangan 13:1-9; Bilangan 35:31; Imamat 20:2, dll.)
Tetapi melalui penebusan Yesus, dan pembenaran karena iman (Roma 5:1), kita tidak lagi dituntut untuk mengkuduskan hari Sabat karena Sabat adalah bayang-bayang dari apa yang akan datang (Kolose 2:16-17). Kita tidak lagi terikat di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah anugerah (Roma 6:14-15). Hari Sabat telah terpenuhi dalam Yesus karena di dalam Dia kita telah memperoleh tempat peristirahatan (Matius 11:28). Kita tidak lagi berada dalam kewajiban mematuhi Hukum Taurat yang berarti juga tidak lagi wajib beristirahat pada hari Sabat.
Kristus melakukan semua apa yang dapat la lakukan untuk mengembalikan hari Sabat kepada bangsa Israel sebagaimana yang telah diberikan kepada mereka. Semua itu dimaksudkan untuk menjadi berkat bukan untuk menjadi beban. Kristus berusaha menyatakan bahwa maksud sebenarnya daripada hari Sabat ialah berbuat baik, menyembuhkan orang sakit, dan melakukan perbuatan-perbuatan belas kasihan.
Buku Ibrani menyebutkan hari Sabat hari ketujuh. "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya." Ibrani 4:4. "Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentianNya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaanNya." Ibrani 4:10. Allah memanggil umatNya ke dalam suatu perhentian rohani, suatu perhentian dari pekerjaan mereka sendiri dan berhenti dari dosa. Pemeliharaan hari Sabat adalah suatu lambang dari perhentian ini. Allah menuntut kesucian hidup. Untuk ini hari Sabat adalah suatu tanda. Janganlah kita menolak tanda itu, apalagi menolak untuk mana tanda itu berdiri
. Selengkapnya....

SEJARAH TEOLOGIA

MAKALA SEJARAH TEOLOGI

1.1. GEREJA LAMA
Pada zaman Gereja Lama orang-orang Yunani dan Romawi yang telah masuk kristen mempergunakan pengetahuan dan filsafat untuk membela iman kristen, banyak pandangan teologi yang muncul dilatar belakangi oleh filsafat. Teologi zaman ini sering timbul dari jemaat Lokal dan mendapatkan rumusan dalam putusan konsili-konsili besar.
Menurut pandangan Yunani Allah bersemayam jauh diatas dunia ini ditempat yang tidak terhampiri. Sejak timbulnya kaum apologet maka pandangan mereka menjadi ajaran umun dari gereja Mereka berusaha menyesuaikan injil dengan semangat zaman. Oleh golongan apologet manusia hanya dapat berhubungan dengan Allah oleh pertolongan roh-roh yang menjadi pengantara antara sorga dengan bumi. Roh pengantara yang terutama ialah Firman atau Logos. Logos adalah suatu yang bukan Allah dan bukan pula dari dunia, melainkan suatu jabatan antara roh dan zat benda, bahkan dengan logos itu Allah menciptakan dunia ini. Sekarang orang apologet mulai menyamakn logos, filsafat Yunani itu dengan Logos (Firman Allah) yang disebut dalan Yoh 1:1 dst.
Ajaran teologi apologet tentang kebebasan dunia adalah sbb:
Allah menciptakan Logos didalam rangkaian waktu, sebagai suatu roh yang berpribadi, dan dengan Logos itu Allah menciptakan segala sesuatu yang ada. Manusia telah digodai setan sehingga jatuh kedalam dosa. Sebab itu Logos sendiri turun kebumi dengan menjelma dalam tubuh manusia yaitu Yesus. Dan Yesus membuka mata manusia terhadap segala tipu daya setan sambil memberitakan Allah yang benar dan dunia dan hari kiamat yang akan datang. Dan manusia dengan kehendak bebas dapat meluputkan diri dari genggaman setan dengan pertolongan pengajaran dan teladan Kristus. Jadi dalam hal ini Kristus bukan lagi penebus dan juruslamat melainkan guru dan teladan saja. Peristiwa kasih karunia kurang dipahami karena teloginya sangat dipengaruhi oleh filsafat kafir yang moralistis dan rasionalisme.

Kemudian bangkitlah seorang ahli teologi Irenus + th178, yang kembali pada ajaran teologi tentang ajaran Alkitab Penebusan Yesus Kristus.
Ajaran teologinya sebagai garis besar adalah :
Manusia diciptakan untuk hidup yang kekal tetapi oleh jatuhnya manusia kedalam dosa maka manusia itu binasa dan untuk melapaskan manusia itu Allah mengutus AnakNya yaitu Logos yang masuk kedalam daging manusia. Dengan demikian Kristus itu menghubungkan tabiat manusia dengan kuasa Allah yang kekal. Sebagai Adam kedua Kristus menggenapi tuntutan Allah yang dilalaikan oleh Adan pertama. Dan dalam kebangkitanNya Kristus memberi Jaminan hidup yang kekal kepada setiap orang percaya. Dan sekarang Rohkudus memberikan hidup yang kekal itu kepada senua orang yag percaya didalam babtisan dan perjamuan kudus..
Jadi pokok utama Teologi Irenus adalah. Mempersatukan didalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang disorga, maupun yang dibumi (Ef 1:10)

Kemudian Tertullianus (+195 dan 200) yang memiliki teologi yang serupa dengan apologet yang menjadi dasar teologi barat. Istilah yang terkenal pada masa itu misalnya : Dosa turunan, tebusan dosa, jasa dan lagi rumusan seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi dengan dua tabiat.
Sebagai seorang apologet Tertullianus mengajar bahwa Logos adalah zat Ilahi yang lebih rendah daripada Allah padahal ia juga berpendapat Logos juga adalah Allah sesuai dengan awal InjilYohanes.

Origenes (185-254), Ajaran Origenes adalah : Asal dan tujuan segala sesuatu yang hidup adalah Allah, Bapa abadi, yang dari kekal melahirkan segala seuatu yang ada. Yang pertama dilahirkan ialah Loos, yang ilahi tetapi lebih rendah dari pada Allah. Logos atau Anak melahirkan Roh Kudus. Dari Roh itu berpancar segala roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga bertabiat ilahi, tetapi berkehendak bebas. Kehendak bebas itu salah dipakai manusia sehingga mereka jatuh dalam hukuman yang dikurung dalam satu badan jasmani. Logos mau meluputkan dunia sehingga ia menghubungkan dengan yang jatuh itu Ia menjelma di bumi ini dalam tokoh manusia yaitu Yesus. Yesus membawa kelepasan bagi semua manusia. Orang sederhana hanya perlu percaya kepada Penebus tetapi orang berpengetahuan harus memperlihatkan pengajaranNya yang mulia dan meniru teladanNya dengan mengusahakan kebajikan sehingga lama kelamaan jiwa manusia dipersatukan dengan Logos. Siapa yang belum belajar mengikuti Logos selama didalam dunia ini masuk kedalam neraka sebagai suatu tempat penyucian sementara karena segala mahluk bertabiat ilahi sehingga tak dapat binasa untuk selamanya. Akhirnya segala sesuatu akan pulang kepada Allah. Setan-setanpun tidak terkecuali. Inilah ajaran “kebangkitan segala yang ada”, sehingga akhirnya semua dipulihkan menjadi seperti semula. Kejatuhan dan kebebasan akan terus menerus berulang-ulang sampai selama-lamanya.
Theologi ini Adalah campuran Filsafat Plato dengan Alkitab. Ajaran Plato yang lama dipengaruhi oleh Plotinus + th 250 dan disebut Neo-Platonisme.

Ajaran Origenes tentang Logos sebagai zat yang setengah Allah atau Allah kedua merajalela dalam gereja lama. Namun pada abad ke-IV gereja mulai menyingkirkan roh origenes ini. Pada thn 318 timbul perselisihan di Alexandria antara Arius dengan uskupnya Alexander.
Arius tidak mau meyebut Yesus sebagai setengah Allah, tetapi Ia adalah mahlukTuhan yang sulung yang tertinggi derajatnya, bukan dari kekal tetapi diciptakan seperti manusia diciptakan. Logos itu telah datang kedalam dunia sebagai Pengajar dan Teladan, dengan rela taat sepenuhnya kepada Allah. Alexander tidak menerima pandangan ini, karena apabila ini benar berarti Injil ditiadakan. Alexander juga tidak merasa puas dengan pernyataan orgines bahwa Logos adalah setengah Allah tetapi keseimpulannya Logos sendiri adalah Allah dari kekal. Yang dapat membebaskan dunia sesudah Ia menjadi manusia.

Perselisihan ini mendapat perhatian dari Constantinus Kaisar Roma untuk mendamaikan kedua pihak dengan menadakan konsili. Konsili Oikumenis bersidang di Nicea thn 325 dengan 250-300 uskup dan kaisar sendiri sebagai ketua. Pendapat Arius tidak diterima dan dia sendiri dipecat. Konsili menyetujui bahwa Logos atau anak “homo-usios –sezat atau sehakekat- dengan Bapa. Menurut Constantinus rumus ini hanya menyatakan bahwa Logos berhubungan rapat dengan Allah Bapa supaya semua dapat menafsirkan sesuai dengan pikiran masing-masing supaya ketentraman dan pestuan didalam gereja dan negara terjamin. Ini hanya suatu kompromi saja. Pada hakekatnya perselisihan ini terus berlangsung.
Pertikaian teologi in baru berakhir sesudah Theodosius Agung jadi kaisar th 379. Konsili Oikumenis II diadakan di Konstatntinopel th 381 yang memutuskan bahwa Anak itu homo-usios dengan Bapa. Keputusan Nicea ditetapkan dengan pengertian yang jelas. Konsili Konstantinopel mengakui juga Roh Kudus sezat dengan bapa menurut ajaran Antanasius.
Konsili III di Efesus th 431 Cyrillus menang atas ajaran Nestorius (golongan Anthokia) yang mengajarkan Yesus seakan-akan menjadi sebuah rumah kudus bagi Logos Allah dimana mereka menitik beratkan kemanusiaan Kristus dan penceraian kedua tabiatNya. Diri Kristus seolah-olah dabagi dalam dua oknum yaitu ilahi dan insani. Dengan itu Allah tidak menjadi manusia sungguh-sungguh.
Sedangkan Cyrillus (golongan Alexandria) mengajarkan keesaan dari kedua tabiat Kristus sambil menitik beratkan tabiat ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan. Dimana Anak Allah menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat manusia yang tak berpribadi hilang lenyap.
Sebelum Konsili ke-IV diadakan tahun 451 mulai thn 448 perselisihan mulai terjadi lagi saat Eutyches mengajarkan bahawa sebenarnya Kristus hanya bertabiat satu, yaitu keIlahian karena kemansuiaanya hanya menyerupai. (Monophysit – satu tabiat). Dioscurus membantu Eutyches tetapi tidak disetujui oleh uskup Roma Leo I. Konsili ke-IV akhirnya dilangsungkan thn 451 di Chalcedon yang dihadiri oleh uskup 600 orang. Yang menghasilkan keputusan kompromi :
Kristus bukan bertabiat satu (Alexandria) dan bukan betabiat dua (Anthokia) melainkan Ia bertabiat dua dalan satu oknum, Kedua tabiat itu tidak bercampur dan tidak berubah dan tidak terbagi dan terpisah.


1.2. ABAD PERTENGAHAN

Pada zaman abad pertengahan ini pengajaran-pengajaran yang timbul dari bangsa-bangsa muda di Eropa Barat dan Utara adalah warisan dari ajaran teologi gereja lama. Yang dilancutkan oleh kaum terpelajar yang berusaha menuntut ilmu pada sekolah-sekolah tinggi dan universitas yang biasanya dinamai “scholastik”
Pokok teologi ini telah ditetapkan oleh gereja karena tidak menciptakan hal-hal yang baru. Jadi hanya memikirkan kembali teologi yang diwariskan waktu dahulu. Ahli-ahli scholastik mengajarkan bahwa teologi yang ada bukan saja untuk dipercayai tetapi untuk dimengerti. Ada usaha untuk membuktikan segala sesuatu yang telah dinyatakan Allah dapat diterangkan dan dibenarkan oleh akal budi manusia.
Terutama bagaimana relasi antara penyataan Allah/wahyu Tuhan dengan akal budi manusia. Dimana dipakai teologi Agustinus dan untuk belatih berpikir menurut ilmu filsafat dipakai “Logica” karangan Aristoteles, filsafat Yunani.
Diawali oleh Anselmus (1033-109) dengan semboyan “aku percaya supaya aku mengerti” dimana ia mulai dengan percaya penyataan Tuhan dan sesudah itu berusaha untuk menjelaskan segala kepercayaannya sehingga diakui selaku kebenaran oleh otak manusia.
Dilanjutkan oleh semboyan : “lebih dulu aku harus mengerti barulah aku percaya” oleh Petrus Abelardus (1079-1142) dalam kitabnya “ya dan tidak”. Tujuannya untuk menyesuaikan segala perkara yang rupa-rupanya tak bercocokan supaya akal budi dipuaskan dan iman mendapat dasar yang teguh. Kekurangan dalam hal ini adalah akal budi menjadi kaidah yang tertinggi untuk mengukur dan menilai iman. Sehingga ia dilawan oleh Bernhard dari Clairvaux.
Pada abad ke XIII dimana kuasa gereja memuncak munculpulah zaman kejayaan bagi scholastik dimana bagaimana mereka berusaha menghubungkan teologi Agustinus dengan filsafat Aristotele supaya dapat dibuat suatu bangunan pikiran yang mulia dimana perkara dibumi dan disorga dapat diterangkan. Dominican berusaha memisahkan pandangan–pandangan Aristoteles, supaya filsafatnya boleh dipakai sebagi suatu dasar teologi gereja.
Dan Thomas dari Aquino (1225-1274) yang beruaha menyesuaikan untuk mencari keseimbangan antara unsur-unsur oleh kaum scholastik dicoba menghubungkannya yakni akal budi dengan penyataan, Alkitab dengan tradisi Aristoteles dengan Agustinus. Dengan Semboyan “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat”. Namun keindahan teologi ini tidak lain dari filsafat kafir maka anugrah dan kasih karunia tak dapat dihargai semestinya. Injil tidak menunjukan suatu persetujuan yang mulia antara penyataan Allah dengan akal budi manusia seperti disangka oleh Thomas.
Golongan Franciscan oleh wakilnya Joh. Duns Scotus di Oxford (1265-1308) muncul dan mengkritik teologi Thomas. Ia mengerti bahwa tak mungkin penyataan dan akal budi disesuaikan satu sama lain.
Kemudian Wiliam dari Occam (1280-1349) ahli scholastik yang bahkan melangkah lebih jauh. Dimana bukan saja akal manusia tak dapat mengerti penyataan Allah tetapi ikrar gereja pun diserang oleh akal budi dengan hebat dimana akal budi tidak dapat memasuki dunia Allah. Manusia hanya dapat menggantungkan diri pada kehendak Tuhan saja walaupun tidak dipahami. Semboyannya : Aku percaya sebab mustahil!.
Scholastik mulai berkurang dan akhirnya ditolak dan dicela oleh ahli renaissance dan humanisme. Penghabisan scholastik terpaksa mengaku bahwa penyataan Allah hanya dapat diterima oleh manusia jika ia takluk kepada Allah sendiri. Injil adalah yang bodoh bagi dunia (I Kor 1:27). Injil untuk manusia tetapi bukan secara manusia..

1.3. REFORMASI DAN POST – REFORMASI.

Kebenaran adalah tujuan Allah untuk GerejaNya. Pada permulaan abad ke-XVI kesesatan yang dialami gereja mulai di bukakan oleh Roh dan kembali kepada Firman Tuhan yang kekal. Gerakan pembaruan yang dimaksud oleh konsili-konsili pada abad sebelumnya gagal belaka karena paus-paus menentangnya. Umumnya orang merasa tidak senang akan kesesatan gereja tetapi tidak ada yang mampu mengubahnya. Dan Martin Lutherlah yang dipakai Tuhan untuk mengusahakan pembaharuan itu.
Penjualan surat penghapusan siksa itulah yang menyebabkan mulainya Reformasi. Kelak Luther mengerti dalam hal inilah jurang perbedaan dirinya dengan gereja resmi saat itu.
Diawali oleh Uskup Agung Albertcht Dri Mainz mengambil dua daerah uskup yang tidak ada uskupnya sehingga ia menerima pendapatan uang tiga kali ganda dan hal ini tidak disetujui oleh Paus Leo X. Kecuali ia membayar kepada Paus kurang dari 10.000 uang keping emas. Dan Uskup Albertcht meminjam uang itu dari Bank Fugger di Ausgberg, tetapi kemudian susah baginya untuk mengembalikan..
Oleh perundingan mereka berdua akhirnya mereka memperdagangkan surat penghapus siksa secara besar-besaran di Jerman dimana separuh dari hasilnya dipakai oleh Albretcht dan separuhnya ke Roma untuk pembangunan gereja Santa Petrus. Surat kuasa diberikan Albretcht kepada para penjual yang dikepalai Johan Tetzel dengan besar-besaran, terkenal dengan pernyataan Tetzel “kalau uang berdenting didalam peti, melompatlah jiwa itu kedalam sorga ! Dan lagi belum pernah rahmat sebesar ini d itawarkan gereja dengan harga semurah ini. Dan surat penghapus siksa itu dapat ditunjukan kepada imam pada jam kematian dimana disangka orang bolehlah mereka berbuat dosa sampai pada akhir ajalnya karena tetap ada penghapusan dosa.
Disinilah Luther menyerang kebiasaan yang buruk itu tatkala orang datang mengku dosa kepadanya dan menuntut penghapusan siksa berdasarkan surat Tetzel itu. Klerus yang lain tidak mau dan tidak berani menentang penjualan surat ini meskipun didesak oleh Luther. Oleh itu Luther memutuskan untuk mengadakan perdebatan umum tentang hal itu. Dan tanggal 31 Oktober 1517 ia memakukan sehelai kertas berisi 95 dalil dalam bahasa Latin dipintu gereja istana di Wittenberg dengan permohonan untuk memperdebatkan pandangan yang dikemukakannya dalam dalil-dalil itu. Pada keesoka harinnya 1 Nopember 1517 banyak orang yang lewat pintu itu dan membaca dalil-dalali itu karena ada pesta “segala orang kudus” dan menyebarlah berita itu keseluruh pelosok.
Dalam waktu yang singkat penjualan surat indulgensi itu kehilangan keuntungan dan menimbulkan amarah ddan kebencian Tettzel, Albrecht dari Mainz dan banyak orang lain. Berkembanglah Reformasi Luther dengan tak tertahan lagi. Disatu sisi Luther dituduh sebagai penyesat dan mulai terancam.
Berbagai usaha dari pihak paus menentang hal itu tetapi tidak berhasil bahkan Luther terus berkembang dengan reformasinya dan bahkan ia tambah maju, ia bahkan sadar dan mengerti bahwa hak dan kuasa paus sama sekali tidak berdasarkan Alkitab dan teologi bapa-bapa gereja. Lama kelamaan timbullah keyakinan pada Luther sama seperti pada sekte di abad pertengahan bahwa paus adalah Mesias palsu atau Antikrist.
Berlanjut bukan lagi tentang surat indulgensi menjadi pokok perhatian Luther tetapi kuasa paus/hak paus. Bahkan konsili pun dianggap tidak sempurna bahkan mudah tersesat. Alkitab harus dijadikan ukuran dan patokan bukan paus atau konsili, Firman Tuhan sajalah yang berkuasa atas orang beriman. Dengan demikian sluruh dasar gereja Roma menjadi goyang sama sekali. Pemerintahan Rohani yang dilakkan kaum pejabat tak sesuai dengan kehendak Allah. Oleh pertalian iman ada hubungan langsung dalam gereja antara Kristus dengan orang percaya. Kristus memimpin umatNya dengan FirmanNya saja. Segala orang percaya adalah iman.
Reformasi gereja berkembang dan Luther mendapat semakin banyak pengikut dan dukungannya semakin berpengaruh di segala kota di Jerman. Ia bahkan dihormati oleh segala golongan dan lapisan masyarakat sebagai Pahlawan bangsa yang berani menentang kuasa Itali. Luther juga sangat mementingkan pelajaran bahasa asli Alkitab dan mempelajari dengan sungguh-sungguh bahasa Latin, Yunani dan Ibrani..
Philipus Melanchon seorang kawan Luther yang baru umur 21 tahun sudah menjadi guru besar bahasa Yunani di Wittenberg (1518) atas ikhtiar Luther, dan membantu Luther dengan segenap tenaganya dan menjadi ahli dogmatik yang tebesar dari Reformasi di Jerman.
Tahun 1520 munculah perlawanan dari paus dimana 41 ucapan Luther ditolak dan diminta untuk Luther menarik semua itu kalau tidak ia akan dianggap sebagai penyesat dan dapat dikenakan hukuman gereja. Najmun Luther tetap kokoh dengan pendiriannya bahkan semakin nyata nampak bahwa Luther memutuskan hubungan dengan gereja Roma.
Berlanjut dari putusan gereja Roma yang sudah tidak diperdulikan oleh bnayak orang datang sidang kaisar ikut dalam hal ini. Dipanggil ke Worms tempat rapat negara diadakan. Tanggal 18 April 1521 dihadapan sidang negara wakil paus menuntut supa Luther menarik kembali segala pandangannya yang sesat tetapi Luther selalu menunjuk kepada Alkitab. Hanya dengan firman Tuhan saja ia mau diyakinkan apakah ajarannya baik atau salah. Dan tanggal 26 Mei 1521 Luther tetap menerima kutuk negara dimana ia boleh ditangkap dan dibunuh oleh siapa saja yang menemuinya, segala karangannya pun harus dibakar. Dan ahirnya Luther dibawa kedalam puri Wartburg yang tinggi letaknya dekat Eisenach, supaya ia aman dan tentram tersembunyi untuk sementara waktu..
Hanya satu hal yang dimaksudkan Luther: Ia mau membebaskan Injil dari belunggunya yang sudah berabad-abad lamanya merintanginya. Usaha manusia untuk memperoleh kesucian dan keselamatan dengan ketaatan pada taurat gereja ditolaknya, karena oleh iman saja manusia dibenarkan, berkat anugrah Tuhan, bukan para klerus yang berkuasa dalam gereja kristus melainkan Alkitab saja.

Pembaruan gereja oleh Luther bukan saja penting bagi kaum protestan, tetapi bagi Gereja Katolik Roma karena Luther memaksa gereja untuk sadar keadaanya dan membersihkan rumahnya sendiri. Namu lama waktunya para pemimpin Roma untuk mengerti ajaran Paulus seperti yang dikemukakan Luther. Bahkan ketika mereka mengertinya mereka bahkan berada didlam persimpangan jalan dimana apakah mereka mau bertobat pada Injil sejati atau mau berpegang teguh kepada moralisme yang telah berabad-abad dijunjungnya. Konsili Trente (1545) memilih jalan kedua yang sesat ini. Gereja menutup telinga terhadap suara panggilan Firman Tuhan meskipun semua aib, keburukan diperbaikinya, Mereka meneruskan jalan yang lama dengan berobah sikap yang lebih fanatik untuk membinasakan ajaran reformasi.
. Selengkapnya....

MANAJEMEN KONFLIK

I. Akar Konflik
Hal-hal yang merupakan akar konflik antara lain adalah:
a. Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terja

II. Konflik Antara Pribadi
Konflik antara pribadi adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan.
Hal ini sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.


III. Koflik Batin
Konflik batin, artinya bahwa dalam diri seseorang terdapat dua atau lebih gagasan atau keinginan yang saling bertentangan; hal ini biasanya akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
Ini bisa terjadi manakala dua atau lebih gagasan atau keinginan yang ada dalam diri seseorang saling bertentangan, saling bertemu dan berbenturan. Perbedaan, bahkan yang berlawanan (bertentangan) sekalipun, tidak selamanya berdampak negatif (asal tidak berbenturan),
Misalnya aliran listrik yang berbeda kutub (positif dan negative dalam listrik arus searah) akan menimbulkan tegangan, dan tegangan itu justru diperlukan untuk menghasilkan arus listrik. Kalau sikon ini bisa diarahkan dengan baik akan menghasilkan hal yang berguna.
Ambillah contoh pada baterai, sewaktu tegangannya masih kuat nyala lampu yang terpasang pada lampu senter akan menyala terang, sebaliknya, kalau tegangannya berkurang lampunya redup bahkan tidak akan menyala. Tetapi jangan dikontak langsung, akan terjadi benturan yaitu “kortsluiting” atau hubung-pendek dan hasilnya… kerusakan.
. Selengkapnya....

Sunday, March 28, 2010

PEMBENARAN KARENA IMAN MENURUT SURAT GALATIA

PEMBENARAN KARENA IMAN
MENURUT SURAT GALATIA


I. Pendahuluan
Surat Galatia ditulis Paulus setelah sidang raya gereja di Yerusalem (Kis. 15). Jemaat Galatia adalah jemaat yang kebanyakan anggotanya nonyahudi. Paulus pertama kali mengunjungi mereka dalam perjalanan penginjilan, yang dicatat di Kis. 13-14 (Berdasarkan teori Galatia Selatan, kota-kota seperti Antiokhia di Pisidia, Ikonium, Listra, dan Derbe ada di provinsi Galatia).
Surat ini ditulis oleh Paulus yang sangat menguatirkan iman jemaat Galatia yang sedang disesatkan oleh ajaran Yudaisme dari orang-orang Kristen Yahudi. Mereka mengajarkan bahwa orang nonyahudi harus disunat dan mengikuti ajaran Taurat supaya diselamatkan. Ajaran ini meresahkan jemaat Galatia dan berpotensi menimbulkan perpecahan. Paulus segera merespons. Ia dengan keras menegur jemaat Galatia karena mereka begitu mudah berpaling dari Injil sejati yang ia telah beritakan kepada “injil palsu” tersebut. Paulus membela kebenaran Injil yang ia beritakan dari berbagai sisi.
Yang menjadi permasalahan besar yang dibahas dalam surat Galatia adalah, di mana di daerah ini didapati satu kelompok Kristen Yahudi Palestina yang sangat kuat memegang Taurat. Mereka berusaha memaksakan pendapatnya, bahwa jika orang ingin masuk dalam jemaat yang diselamatkan pada akhir zaman, maka akan masih kurang jika ia belum disunat dan mentaati hukum Taurat Musa. Untuk menjadi orang Kristen, jalan yang paling awal adalah orang harus masuk dalam kelompok umat-umat Allah Israel. Kelompok yang memaksakan hukum Taurat kepada orang-orang Kristen non-Yahudi di Galatia ini adalah kelompok yang berpendapat di dalam Konsili Rasul-Rasul, bahwa orang menjadi Kristen juga harus mentaati hukum Taurat. Paulus menyebut kelompok ini dengan sebutan „saudara-saudara Palsu yang menyusup masuk, yaitu mereka yang menyelundup ke dalam untuk menghadang kebebasan kita yang kita miliki di dalam Kristus Yesus, ...“ (Gal 2:4). Kelompok Yahudi Kristen Palestina yang sangat setia kepada Taurat ini mempunyai program, di mana mereka mengutus beberapa orang mengikuti jejak-jejak misi Paulus dan pada jemaat-jemaat yang didirikan Paulus ini mereka memberitakan „Injil palsu“-nya, supaya jemaat-jemaat non-Yahudi ini juga mentaati hukum Taurat. Agitasi anti-paulinis mereka terletak pada dua hal: (1) Injil paulinis, dan (2) Apostolat atau Kerasulan Paulus.
Dalam kasus di Galatia, mungkin ada beberapa orang yang mengikuti ajaran dari kelompok Yahudi Kristen Palestina ini, di mana mereka menyunatkan diri (5:11st) dan mengikuti ajaran Taurat. Oleh karena itu Paulus meresponi situasi ini dengan „surat perang“-nya yang penuh dengan kritik yang sangat keras dari awal sampai pada akhir surat. Surat ini kemungkinan besar ditulis kira-kira pada awal tahun 56, yaitu pada tahun yang sama dengan ditulisnya surat Roma. Hal ini mempunyai bukti-bukti yang sangat kuat, bahwa terdapat hubungan teologis yang sangat kuat antara kedua surat ini.
II. Pembenaran karena Iman
Rasul Paulus dalam bagian ini menyatakan pembenaran orang percaya adalah karena iman :
• Seorang tidak dibenarkan karena melakukan Hukum Taurat
Para penganut Yudaisme mengajarkan bahwa seorang percaya perlu untuk melakukan sejumlah Hukum Taurat agar dapat diselamatkan. Tetapi rasul Paulus menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat setia dalam melakukan hukum Taurat (3:10). Jadi segala usaha manusia untuk memperoleh pembenaran di hadapan Allah berdasarkan Hukum Taurat adalah sia-sia.
Dan fakta bahwa bila seseorang percaya kepada Yesus ditambah dengan yang lain-lain menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya menyerahkan dirinya sendiri kepada Yesus. Ia masih mempertahankan sesuatu yang lain. Saya belum mempercayakan uang saya disimpan di Bank bila saya masih memegang atau mempertahankan uang itu. Saya belum memberikan surat saya kepada tukang post selama surat itu masih ada di tangan saya. Saya belum mempercayakan diri saya sendiri agar pilot itu menerbangkan pesawatnya sebelum saya masuk ke dalam pesawat dan duduk dan membiarkan pilot itu menerbangkan pesawatnya. Saya belum mempercayakan hidup saya sepenuhnya kepada Kristus sebelum saya menghempaskan atau melemparkan diri saya sendiri -- yang miskin, yang tidak mampu melakukan apapun, yang tidak layak, dan orang berdosa yang terhilang ini – di bawah kaki-Nya dan berseru, “Jika aku binasa, aku binasa di sini. Jika aku mati, aku mati di sini, percaya di dalam kasih dan rahmat Yesus.”
• Dasar Pembenaran kita adalah iman kepada Yesus Kristus (3:26)
Rasul Paulus dengan keras menegur jemaat Galatia yang dengan mudah menerima pengajaran Injil Plus dari orang-orang Yudaisme. Rasul Paulus menegaskan bahwa dasar keselamatan kita adalah iman kepada Yesus Kristus dan bukan karena melakukan Hukum Taurat (3:2, 13). Abraham dibenarkan karena imannya kepada Allah dan bukan karena perbuatannya (3:6). Di dalam rahmat dan kematian serta penderitaan Tuhan kita, kita akan diselamatkan melalui Dia, kita diperdamaikan dengan Allah melalui kematian-Nya, kita diselamatkan oleh hidup-Nya yang telah bangkit dari antara orang mati dan pelayanan-Nya sebagai perantara untuk kita dalam kemuliaan. Oleh Dia kita sekarang telah menerima penebusan atas dosa-dosa kita. Bukan lagi “aku.” Tetapi “Dia.” Bukan karena kekuatanku, tetapi di dalam Dia aku diselamatkan melalui percaya, menyerahkan hidupku kepada Dia, menerima dan memandang Dia. Kita diselamatkan oleh karena apa yang Yesus telah lakukan bagi kita!
Paulus berbicara dengan terus terang bahwa selain percaya kepada Yesus tidak ada apapun yang dapat kita lakukan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan kebenaran saya sendiri atau perbuatan baik yang saya lakukan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan seremonial-seremonial atau ibadah yang saya pelihara dan jalankan. Saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan baptisan saya, atau percaya Yesus ditambah dengan memelihara hari Sabat, atau saya tidak diselamatkan oleh Yesus ditambah dengan tangisan dan penyesalan saya. Saya tidak diselamatkan oleh apapun kecuali hanya oleh Yesus saja – hanya oleh Yesus, Yesus secara eksklusif, Yesus untuk selama-lamanya, Yesus satu-satunya.
• Setiap orang dibenarkan karena iman
Rasul Paulus menggambarkan Abraham, bapa orang beriman, sebagai orang yang dibenarkan karena iman. Dan semua orang yang beriman akan menerima pembenaran seperti halnya dengan Abraham. Tidak ada pembedaan karena semua orang dibenarkan karena iman (3:28).
Allah membenarkan Abraham ketika Ia melihat iman Abraham (Kej. 15:6; dikutip juga dalam Rom. 4:3 dan Yak. 2:23). Allah tidak perlu melihat perbuatan Abraham karena Ia menguji hati orang (I Sam. 16:7). Tetapi manusia tidak dapat melihat iman di dalam hati. Jikalau iman Abraham tidak nyata di dalam perbuatannya, maka tidak akan ada seorang pun yang akan dapat berkata dengan pasti bahwa Abraham sungguh-sungguh beriman. Tetapi iman Abraham adalah murni, sehingga ketika Allah menyuruhnya mempersembahkan Ishak, dia menurut dan tetap percaya akan janji Allah (Rom. 4:20-22). Inilah perbuatan imannya, hasil dari iman yang murni. Iman Abraham bukan hanya ada di kepala, tetapi juga meresap ke dalam hatinya, sehingga dia berbuat sesuai dengan imannya. Ketika kita melihat perbuatan ini, kita dapat dengan yakin mengakui bahwa Abraham sungguh mempunyai iman. Dengan kata lain, Abraham dibenarkan di hadapan manusia oleh perbuatannya (Yak. 2:21-22). Jadi, Abraham dibenarkan di hadapan Allah oleh imannya, dan di hadapan manusia oleh perbuatannya.
Hanya mengetahui kebenaran dan mengaku percaya tidak cukup. Iman harus meresap ke dalam hati, sehingga hati kita benar-benar terarah kepada sasaran iman kita, yaitu Kristus sendiri. Iman semacam ini adalah murni dan hidup, dan iman yang hidup mau tidak mau akan nyata di dalam perbuatan.

III. Pertahanan Paulus terhadap Doktrin Pembenaran karena Iman terpisah dari Pekerjaan Hukum Taurat
1. Dengan menunjukkan kebodohan orang-orang Kristen Yahudi karena meninggalkan iman dan terang mereka yang baru, dan kembali ke legalisme/mementingkan pelaksanaan hukum secara harafiah. Ga 2:15-21
2. Dengan menarik pengalam rohani yang terdahulu dari orang-orang Galatia. Ga 3:1-5
3. Dengan menunjukkan bahwa Abraham dibenarkan karena iman. Ga 3:6-9
4. Dengan menunjukkan bahwa hukum taurat tidaj mempunyai kuasa yang membebaskan, tetapi membawa kutukan atas orang yang tidak taat, yang darinya Kristus membebaskan orang-orang percaya. Ga 3:10-14
5. Dengan membuktikan bahwa hukum taurat tidak membatalkan perjanjian keselamatan karena iman. Ga 3:15-18
6. Dengan menunjukkan tujuan hukum taurat sebagai guru untuk menyiapkan jalan bagi Kristus. Ga 3:19-25
7. Dengan menunjukkan kerugian dari mereka meningalkan imannya dalam Kristus dan kembali lagi ke legalisme
a. Mereka kehilangan berkat warisan mereka sebagai anak-anak Allah, dan kembali ke dalam ikatan tata cara lahiriah/seremonialisme. Ga 3:26 - 4:11
b. Mereka telah kehilangan rasa penghargaan atas pelayanan yang diberikan untuk kepentingan mereka. Ga 4:11-16
c. Mereka dalam bahaya karena menjadi anak-anak Abraham secara daging, bukannya anak-anak perjanjian. Ga 4:19-31
d. Mereka bukan hanya kehilangan kebebasan rohani, tetapi membuat pengorbanan Kristus sia-sia bagi mereka. Ga 5:1-6
Surat Galatia merupakan manifesto kemerdekaan Kristen (5:1 – 6:10). “Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” (5:1). Bagi Paulus kemerdekaan didasarkan dalam hubungannya pada Kristus dan pembebasan dari perhambaan hukum Taurat. Hal ini terbukti dan menjadi nyata di dalam kasih yang melayani (5:13). Secara konkret kemerdekaan memanifestasikan diri, di mana orang-orang tidak lagi dipisahkan-pisahkan melalui perbedaan kelamin, ras, bangsa, sosial, melainkan mereka dipersatukan di dalam kasih melalui Kristus (3:28).

IV. Kesimpulan
Surat Galatia menjelaskan dengan tegas dan lugas bahwa keselamatan adalah karena iman dan bukan karena perbuatan. Baik PL maupun PB keduanya menegaskan hal yang sama. Akan tetapi, orang yang sudah diselamatkan harus menghasilkan buah-buah pertobatan di dalam hidupnya.
Oleh karena itu lah, maka Paulus menulis surat yang polemik ini kepada orang-orang Galatia itu. Itu adalah surat yang sangat keras. Dan dengan hanya satu hentakan saja, Rasul Paulus menyapu semua konsep keselamatan yang diduga merupakan hasil dari ketaatan terhadap Taurat atau legalism atau oleh usaha manusia atau oleh karena memelihara upacara-upacara lahiriah atau seremonial lahiriah. Jika manusia diselamatkan, itu hanya oleh karena kasih dan anugerah serta rahmat Yesus Kristus “yang mengasihi saya dan memberikan nyawa-Nya sendiri sebagai tebusan bagi saya.”
Jelaslah bahwa pembenaran dan keselamatan datang oleh iman saja. Tetapi iman yang murni akan selalu nyata melalui perbuatan. Seseorang mendapatkan keselamatan seketika ia mempunyai iman kepada Yesus Kristus. Walaupun dia tidak sempat untuk menyatakan buah perbuatan baik setelah dia beriman, dia masih tetap selamat. Buktinya, Yesus menerima penjahat yang disalib di sampingNya setelah penjahat itu memohon Yesus untuk mengingat dirinya, walaupun dia tidak sempat berbuat baik (Luk. 23:39-43). Hal ini bukan berarti kita dapat menyatakan diri beriman, lalu seenaknya berbuat jahat. Bahkan, hal itu tidak mungkin terjadi, sebab iman yang murni akan selalu disertai dengan perbuatan baik. Dan orang lain akan dapat melihat perbuatan itu jikalau kita mempunyai kesempatan untuk menunjukkannya. Jikalau seorang berkata bahwa ia beriman, sedangkan perbuatannya tidak mendukung ucapannya itu, maka dapat dipastikan bahwa imannya adalah iman yang mati, walaupun ia bersikeras bahwa ia mempunyai iman. Iman yang mati sama dengan tidak mempunyai iman sama sekali, dan tidak mempunyai iman berarti tidak ada keselamatan (Yak. 2:14). Memang, perbuatan tidak dibutuhkan untuk mendapatkan keselamatan. Tetapi orang yang sudah diselamatkan oleh iman kepada Yesus akan menghasilkan buah perbuatan baik, karena iman itu hidup dan aktif.
Seseorang diselamatkan melalui iman – hanya oleh iman. Pada saat seseorang percaya pada Yesus Kristus dengan sesungguhnya, dia diselamatkan dan keselamatannya terjamin. Keselamatan tidak diterima dengan iman dan kemudian dipertahankan dengan perbuatan. Rasul Paulus membicarakan isu ini dalam Galatia 3:3, “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Jika kita diselamatkan melalui iman, keselamatan kita juga dipelihara dan dijamin dengan iman. Kita tidak dapat menghasilkan keselamatan kita sendiri. Karena itu kita juga tidak dapat menghasilkan cara untuk memelihara keselamatan itu. Adalah Tuhan yang menjaga keselamatan kita (Yudas 24). Tangan Tuhan memegang kita dengan teguh dalam genggamanNya (Yohanes 10:28-29). Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38-39).
Semua penolakan terhadap jaminan keselamatan pada dasarnya adalah kepercayaan bahwa kita perlu menjaga keselamatan kita melalui pekerjaan baik kita. Ini sama sekali bertolak belakang dengan keselamatan berdasarkan anugrah. Kita diselamatkan karena jasa-jasa Kristus, bukan diri kita (Roma 4:3-8). Mengatakan bahwa kita perlu menaati Firman Tuhan atau hidup suci demi untuk mempertahankan keselamatan kita adalah sama dengan mengatakan bahwa kematian Yesus tidak cukup untuk melunasi hutang dosa kita. Kematian Yesus sudah sungguh-sungguh cukup untuk melunasi semua hutang dosa kita – dulu, sekarang dan akan datang, sebelum dan sesudah diselamatkan (Roma 5:8; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus 5:21)
. Selengkapnya....