Sunday, June 18, 2017

Kepemimpinan

ENAM GAYA KEPEMIMPINAN
“He taketh away the heart of the chief of the people of the earth, and causeth them to wander in a wilderness where there is no way”
Kepemimpinan Otokratis
Di sebut juga kepemimpinan dictator atau direktif. Orang yang menganut pendekatan ini mengambil keputusan tanpa berkonsultasi dengan para bawahan yang harus melaksanakannya bahkan yang dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Pemimpin menentukan apa yang harus dilakukan orang lain dan mengharapkan mereka mematuhinya. Kritik yang muncul adalah bahwa gaya ini tidak akan efektif dalam jangka panjang.
Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan ini dikenal pula dengan istilah kepemimpinan konsultatif atau consensus. Orang yang menganut pendekatan ini melibatkan para bawahan yang harus melaksanakan keputusan dalam proses pembuatannya. Sebenarnya yang membuat keputusan akhir adalah pemimpin, tetapi hanya setelah menerima masukan dan rekomendasi dari anggota tim. Kritik terhadap gaya ini menyatakan bahwa keputusan yang paling popular/disukai tidak selalu merupakan keputusan terbaik dan bahwa kepemimpinan demokratis, sesuai dengan sifatnya, cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat. Gaya ini dapat mengarah pada kompromi yang pada akhirnya memberikan hasil yang tidak diharapkan.
Kepemimpinan Partisipatif
Di kenal juga dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas atau nondirective. Orang yang menganut gaya ini hanya sedikit memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahannya. Tugas pemimpin adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Asumsi yang mendasari gaya ini adalah bahwa bawahan akan lebih siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan dan strategi dimana mereka diberdayakan untuk mengembangkannya. Kritik terhadap gaya ini menyatakan bahwa pembentukan konsensus banyak membuang waktu dan hanya berjalan bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap kepentingan utama organisasi.
Kepemimpinan berorientasi pada Tujuan
Gaya ini disebut juga kepemimpinan berdasarkan hasil atau berdasarkan sasaran. Orang yang berpaham gaya ini meminta anggota tim untuk memusatkan perhatiannya hanya pada tujuan yang ada. Hanya strategi yang dapat menghasilkan kontribusi nyata dan dapat diukur dalam mencapai tujuan organisasilah yang dibahas. Pengaruh kepribadian dan faktor lainnya yang tidak berhubungan dengan tujuan organisasi tertentu diminimumkan. Kritik terhadap gaya ini menyatakan bahwa kepemimpinan ini memiliki fokus yang terlampau sempit dan seringkali berfokus pada perhatian yang keliru.
Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan bergaya ini dikenal dengan kepemimpinan tak tetap (fluid) atau kontingensi. Asumsi yang digunakan dalam gaya ini adalah bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang tepat bagi setiap pemimpin dalam segala kondisi. Oleh karena itu gaya kepemimpinan situasional akan menerapkan suatu gaya tertentu berdasarkan pertimbangan atas faktor-faktor seperti pemimpin, pengikut dan situasi (dalam arti struktur tugas, peta kekuasaan dan dinamika kelompok). Pakar manajemen, Mary Parker Follet menyatakan bahwa ketiga faktor tersebut merupakan variabel-variabel kritis yang saling berhubungan dan berinteraksi. Pernyataannya ini kemudian dikenal dengan istilah hukum situasi (law of situation).
Kepemimpinan Kwalitas Total
Gaya kepemimpinan yang ini sebenarnya adalah kepemimpinan partisipatif yang telah di up-grade ke level yang lebih tinggi. Gaya kepemimpinan ini meliputi upaya mencari masukan dari anggota/pengikut yang diberdayakan, mempertimbangkan masukan tersebut dan bertindak berdasarkan masukan itu. Penerapan gaya ini oleh seorang pemimpin, perlu didukung oleh para anggotanya, dimana mereka respek terhadapnya dan bersedia mengikutinya dengan setia.
Beberapa karakteristik pemimpin bergaya kwalitas total, yakni:
Bertaqwa kepada Yang Maha Kuasa,
Rasa tanggung jawab yang besar,
Disiplin pribadi,
Bersifat jujur,
Kredibilitas tinggi,
Menggunakan akal sehat (common sense), bisa menentukan kapan harus bersikap fleksibel dan kapan bersikap tegas,
Memiliki energi dan stamina tinggi,
Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi dan terhadap pengembangan pribadi serta profesionalisme secara berkesinambungan,
Setia dan tabah dalam menghadapi segala situasi sulit.

No comments:

Post a Comment