Tuesday, March 30, 2010

HARI SABAT Keluaran 20:8-11>< Ulangan 5:12-15

Arti dari hari SABAT
SABAT (Ibrani שבת - "SYABAT", bermakna, 'berhenti', 'melepaskan') Ada yang mengartikan bahwa SABAT adalah SABTU atau hari yang ketujuh, padahal SABAT bukan berarti SABTU meskipun SABTU merupakan hari SABAT. Demikian pula Musa adalah nabi Allah, sedangkan nabi Allah bukan hanya Musa saja.
Berdasarkan etimologi, kata benda sabat dari akar kata Ibrani syin-bet-tau berasal dari kata kerja dengan akar kata yang sama yang mengandung arti berhenti dari sesuatu seperti contoh ayat-ayat di atas, dapat pula ditelaah dari Yosua 5:12, "berhentilah manna itu", Nehemia 6:3, "Untuk apa pekerjaan ini terhenti", Ayub 32:1, "ketiga orang itu menghentikan sanggahan mereka", Yesaya 24:8, "Kegirangan suara rebana sudah berhenti", dan lain-lain.
Penyelidik ahli yang lain menghubungkannya dengan kata SYEBA' (tujuh) karena ritme tujuh hari yang keras dari pada sabat itu. Di samping itu terdapatlah kesamaan yang menonjol sekali antara sabat dengan kata bahasa Akad syapattu (hari ketujuh yang kedua). Dalam kenyataannya juga terbukti dari tanggalan Mesopotamia, bahwa dalam batas-batas tertentu periode tujuh hari itu juga dikenal di Mesopotamia. Berlawanan dengan sabat di dalam Alkitab, hari-hari tersebut tidak menjadi hari istirahat yang mengandung sifat pesta, melainkan merupakan hari-hari sial (dies nefasti). Barangkali hari sabat pada zaman pengembangan Israel dijatuhkan pada hari yang sama dalam tahap bulan (bandingkan paralelisme sabat dengan perayaan bulan baru di dalam 2 Raja-raja 4:23; Yesaya 1:13; Yehezkiel 46:1, dan lain-lain), tetapi dalam peralihan menuju bentuk hidup agraris tidak digantungkan lagi padanya (menurut Keluaran 23:12 sebelum zaman para raja)
Hari Sabat (Sabbath) adalah perkara yang sangat penting di mata YAHWEH, Elohim Pencipta seluruh alam semesta, itu nampak dari kata “INGATLAH.” Kata peringatan “INGATLAH” ini tidak terdapat di seluruh Sepuluh Perintah Elohim kecuali hanya pada perintah yang ketiga dari Sepuluh Perintah-Nya tersebut.

Hari Sabat Orang Yahudi
Allah berfirman, "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat." Ini bukanlah yang pertama kali perintah ini diberikan kepada umat Israel, karena Allah mengatakan "ingatlah." Sejak awal mula penciptaan, Allah sudah memberikan perintah ini kepada manusia. Kitab Kejadian menjelaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan dunia dalam enam hari dan pada hari yang ke tujuh Allah berhenti. Inti kata Sabat berarti "Beristirahat setelah bekerja keras." Orang-orang lupa untuk memelihara perintah Allah yang sebenarnya. Karena itu Allah memperingatkan mereka bahwa mereka hendaklah mengambil satu hari dari tujuh hari yang ada sebagai hari yang kudus untuk beristirahat dan beribadah. Hari Sabat orang Yahudi berbeda. Hari itu merupakan karunia dari Allah dan menjadi hari yang dihormati. Allah memberikan perintah ini karena Dia sudah menunjukkan contoh dan bekerja enam hari dalam menciptakan dunia kemudian Dia berhenti pada hari yang ketujuh.
Selanjutnya hukum ini mengatakan, "enam hari lamanya Engkau akan bekerja..." Ada yang lebih dalam mengenai perintah ini daripada hanya sekedar perhatian satu hari untuk beristirahat. Hukum ini juga merupakan suatu perintah untuk bekerja keras dan menentang kemalasan. Perintah keempat adalah suatu perintah untuk bekerja keras selama enam hari dengan rajin, juga untuk beristirahat satu hari agar dapat memberikan penghormatan kepada Allah. Seseorang yang membuang waktu pada satu dari enam hari yang tersedia sama bersalahnya di hadapan Allah seperti orang yang bekerja di hari Sabat. Merupakan hal yang berbahaya jika mengabaikan hari yang kudus ini. Hari tersebut adalah milik Allah. Dalam kehidupan Kekristenan tidak ada tempat bagi penidur atau pemalas. Ini adalah suatu perintah yang menentang kemalasan. Jelas bahwa satu hari dari tujuh hari yang ada harus menjadi hari yang kudus. Kita harus menjaganya tetap kudus dengan menghindarkannya dari segala kerja dan usaha manusia. Kita musti menguduskan satu hari dalam seminggu untuk beristirahat dalam hadirat Allah.
Alkitab mengatakan bahwa setiap orang harus bekerja. Jika seseorang tidak dapat bekerja untuk mendapatkan upah, maka dia harus bekerja tanpa upah. Kita selalu bisa bekerja. Seorang pengangguran janganlah tinggal tanpa melakukan pekerjaan. Dalam Amsal 14:23 kita membaca, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja." Ini adalah janji dari Allah sendiri. Allah mengatakan jika seseorang bekerja keras di rumah atau tetangga sekitarnya, meskipun dia tidak mempunyai penghasilan yang tetap, akan ada keuntungan karena kerja kerasnya, yaitu keuntungan moral dan secara keuangan. Tuhan Yesus mengatakan, "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Matius 6:33. Allah mengatakan bahwa jika kita mencari kerajaan Allah dan kebenarannya dan memberi diri kita untuk bekerja keras dalam ketaatan kepada perintah Allah, maka Dia akan mengatur hidup kita dan menyediakan kebutuhan- kebutuhan kita. Rasul Paulus mengatakan, "Apapun yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba- Nya." Kolose 3:23-24.
Bangsa Yahudi membuat hari Sabat menjadi hari yang penuh dengan "janganlah kamu melakukan ini dan itu." Mereka membatasi hari itu dengan banyak peraturan sehingga menjadi sebuah beban untuk menjaga hari itu sebagai hari yang kudus.
Hari sabat untuk masa kini?
Kebiasaan orang Yahudi pada hari Sabat, yaitu hari Sabtu, adalah berkumpul bersama, berhenti bekerja, dan menyembah Allah. Dari kesepuluh perintah Allah yang tercantum dalam Keluaran 20:1-17, hanya sembilan yang kembali ditegaskan (diwajibkan) dalam Perjanjian Baru. (Enam dalam Matius 19:18, mengenai: pembunuhan, perzinahan, mencuri, menghormati orang tua, menyembah Allah; Roma 13:9, mengenai: iri hati. Menyembah Allah secara benar telah mencakup ketiga perintah pertama dari 10 perintah Allah). Satu-satunya yang tidak ditegaskan kembali adalah yang mengenai hari Sabat. Melainkan, Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:8).
Dalam penciptaan alam semesta, Allah berhenti pada hari yang ke-7. Tetapi, karena Allah Maha Kuasa, Ia tidak menjadi cape karena penciptaan itu. Ia tidak butuh istirahat. Jadi, mengapa Alkitab mengatakan bahwa Ia beristirahat? Alasannya sederhana: Markus 2:27 mengatakan,"Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat," Dengan kata lain, Allah menetapkan hari Sabat sebagai hari istirahat bagi umat-Nya, bukan karena Ia butuh istirahat, tetapi sebab kita ini fana dan butuh waktu untuk beristirahat, dan memfokuskan diri pada Allah. Dengan demikian, baik tubuh maupun jiwa kita akan diperbaharui kembali.
Sistem hukum Perjanjian Lama menuntut pengkudusan hari Sabat sebagai bagian dari keseluruhan sistem moral, legal, dan korban yang dengannya orang-orang Yahudi berusaha memenuhi tuntutan Allah mengenai tingkah laku (sikap), pemerintahan, dan pengampunan dosa. Dalam pengertian ini, hari Sabat adalah bagian dari Hukum Taurat. Supaya dapat "tetap" berada dalam kondisi yang diperkenankan oleh Allah, anda harus juga mengkuduskan hari Sabat. Jika tidak, orang tersebut berdosa dan akan dihukum. (Yehezkiel 18:4; Roma 6:23: Ulangan 13:1-9; Bilangan 35:31; Imamat 20:2, dll.)
Tetapi melalui penebusan Yesus, dan pembenaran karena iman (Roma 5:1), kita tidak lagi dituntut untuk mengkuduskan hari Sabat karena Sabat adalah bayang-bayang dari apa yang akan datang (Kolose 2:16-17). Kita tidak lagi terikat di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah anugerah (Roma 6:14-15). Hari Sabat telah terpenuhi dalam Yesus karena di dalam Dia kita telah memperoleh tempat peristirahatan (Matius 11:28). Kita tidak lagi berada dalam kewajiban mematuhi Hukum Taurat yang berarti juga tidak lagi wajib beristirahat pada hari Sabat.
Kristus melakukan semua apa yang dapat la lakukan untuk mengembalikan hari Sabat kepada bangsa Israel sebagaimana yang telah diberikan kepada mereka. Semua itu dimaksudkan untuk menjadi berkat bukan untuk menjadi beban. Kristus berusaha menyatakan bahwa maksud sebenarnya daripada hari Sabat ialah berbuat baik, menyembuhkan orang sakit, dan melakukan perbuatan-perbuatan belas kasihan.
Buku Ibrani menyebutkan hari Sabat hari ketujuh. "Dan Allah berhenti pada hari ketujuh dari segala pekerjaanNya." Ibrani 4:4. "Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat perhentianNya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaanNya." Ibrani 4:10. Allah memanggil umatNya ke dalam suatu perhentian rohani, suatu perhentian dari pekerjaan mereka sendiri dan berhenti dari dosa. Pemeliharaan hari Sabat adalah suatu lambang dari perhentian ini. Allah menuntut kesucian hidup. Untuk ini hari Sabat adalah suatu tanda. Janganlah kita menolak tanda itu, apalagi menolak untuk mana tanda itu berdiri
.

No comments:

Post a Comment