Tuesday, March 30, 2010

SEJARAH TEOLOGIA

MAKALA SEJARAH TEOLOGI

1.1. GEREJA LAMA
Pada zaman Gereja Lama orang-orang Yunani dan Romawi yang telah masuk kristen mempergunakan pengetahuan dan filsafat untuk membela iman kristen, banyak pandangan teologi yang muncul dilatar belakangi oleh filsafat. Teologi zaman ini sering timbul dari jemaat Lokal dan mendapatkan rumusan dalam putusan konsili-konsili besar.
Menurut pandangan Yunani Allah bersemayam jauh diatas dunia ini ditempat yang tidak terhampiri. Sejak timbulnya kaum apologet maka pandangan mereka menjadi ajaran umun dari gereja Mereka berusaha menyesuaikan injil dengan semangat zaman. Oleh golongan apologet manusia hanya dapat berhubungan dengan Allah oleh pertolongan roh-roh yang menjadi pengantara antara sorga dengan bumi. Roh pengantara yang terutama ialah Firman atau Logos. Logos adalah suatu yang bukan Allah dan bukan pula dari dunia, melainkan suatu jabatan antara roh dan zat benda, bahkan dengan logos itu Allah menciptakan dunia ini. Sekarang orang apologet mulai menyamakn logos, filsafat Yunani itu dengan Logos (Firman Allah) yang disebut dalan Yoh 1:1 dst.
Ajaran teologi apologet tentang kebebasan dunia adalah sbb:
Allah menciptakan Logos didalam rangkaian waktu, sebagai suatu roh yang berpribadi, dan dengan Logos itu Allah menciptakan segala sesuatu yang ada. Manusia telah digodai setan sehingga jatuh kedalam dosa. Sebab itu Logos sendiri turun kebumi dengan menjelma dalam tubuh manusia yaitu Yesus. Dan Yesus membuka mata manusia terhadap segala tipu daya setan sambil memberitakan Allah yang benar dan dunia dan hari kiamat yang akan datang. Dan manusia dengan kehendak bebas dapat meluputkan diri dari genggaman setan dengan pertolongan pengajaran dan teladan Kristus. Jadi dalam hal ini Kristus bukan lagi penebus dan juruslamat melainkan guru dan teladan saja. Peristiwa kasih karunia kurang dipahami karena teloginya sangat dipengaruhi oleh filsafat kafir yang moralistis dan rasionalisme.

Kemudian bangkitlah seorang ahli teologi Irenus + th178, yang kembali pada ajaran teologi tentang ajaran Alkitab Penebusan Yesus Kristus.
Ajaran teologinya sebagai garis besar adalah :
Manusia diciptakan untuk hidup yang kekal tetapi oleh jatuhnya manusia kedalam dosa maka manusia itu binasa dan untuk melapaskan manusia itu Allah mengutus AnakNya yaitu Logos yang masuk kedalam daging manusia. Dengan demikian Kristus itu menghubungkan tabiat manusia dengan kuasa Allah yang kekal. Sebagai Adam kedua Kristus menggenapi tuntutan Allah yang dilalaikan oleh Adan pertama. Dan dalam kebangkitanNya Kristus memberi Jaminan hidup yang kekal kepada setiap orang percaya. Dan sekarang Rohkudus memberikan hidup yang kekal itu kepada senua orang yag percaya didalam babtisan dan perjamuan kudus..
Jadi pokok utama Teologi Irenus adalah. Mempersatukan didalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang disorga, maupun yang dibumi (Ef 1:10)

Kemudian Tertullianus (+195 dan 200) yang memiliki teologi yang serupa dengan apologet yang menjadi dasar teologi barat. Istilah yang terkenal pada masa itu misalnya : Dosa turunan, tebusan dosa, jasa dan lagi rumusan seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi dengan dua tabiat.
Sebagai seorang apologet Tertullianus mengajar bahwa Logos adalah zat Ilahi yang lebih rendah daripada Allah padahal ia juga berpendapat Logos juga adalah Allah sesuai dengan awal InjilYohanes.

Origenes (185-254), Ajaran Origenes adalah : Asal dan tujuan segala sesuatu yang hidup adalah Allah, Bapa abadi, yang dari kekal melahirkan segala seuatu yang ada. Yang pertama dilahirkan ialah Loos, yang ilahi tetapi lebih rendah dari pada Allah. Logos atau Anak melahirkan Roh Kudus. Dari Roh itu berpancar segala roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga bertabiat ilahi, tetapi berkehendak bebas. Kehendak bebas itu salah dipakai manusia sehingga mereka jatuh dalam hukuman yang dikurung dalam satu badan jasmani. Logos mau meluputkan dunia sehingga ia menghubungkan dengan yang jatuh itu Ia menjelma di bumi ini dalam tokoh manusia yaitu Yesus. Yesus membawa kelepasan bagi semua manusia. Orang sederhana hanya perlu percaya kepada Penebus tetapi orang berpengetahuan harus memperlihatkan pengajaranNya yang mulia dan meniru teladanNya dengan mengusahakan kebajikan sehingga lama kelamaan jiwa manusia dipersatukan dengan Logos. Siapa yang belum belajar mengikuti Logos selama didalam dunia ini masuk kedalam neraka sebagai suatu tempat penyucian sementara karena segala mahluk bertabiat ilahi sehingga tak dapat binasa untuk selamanya. Akhirnya segala sesuatu akan pulang kepada Allah. Setan-setanpun tidak terkecuali. Inilah ajaran “kebangkitan segala yang ada”, sehingga akhirnya semua dipulihkan menjadi seperti semula. Kejatuhan dan kebebasan akan terus menerus berulang-ulang sampai selama-lamanya.
Theologi ini Adalah campuran Filsafat Plato dengan Alkitab. Ajaran Plato yang lama dipengaruhi oleh Plotinus + th 250 dan disebut Neo-Platonisme.

Ajaran Origenes tentang Logos sebagai zat yang setengah Allah atau Allah kedua merajalela dalam gereja lama. Namun pada abad ke-IV gereja mulai menyingkirkan roh origenes ini. Pada thn 318 timbul perselisihan di Alexandria antara Arius dengan uskupnya Alexander.
Arius tidak mau meyebut Yesus sebagai setengah Allah, tetapi Ia adalah mahlukTuhan yang sulung yang tertinggi derajatnya, bukan dari kekal tetapi diciptakan seperti manusia diciptakan. Logos itu telah datang kedalam dunia sebagai Pengajar dan Teladan, dengan rela taat sepenuhnya kepada Allah. Alexander tidak menerima pandangan ini, karena apabila ini benar berarti Injil ditiadakan. Alexander juga tidak merasa puas dengan pernyataan orgines bahwa Logos adalah setengah Allah tetapi keseimpulannya Logos sendiri adalah Allah dari kekal. Yang dapat membebaskan dunia sesudah Ia menjadi manusia.

Perselisihan ini mendapat perhatian dari Constantinus Kaisar Roma untuk mendamaikan kedua pihak dengan menadakan konsili. Konsili Oikumenis bersidang di Nicea thn 325 dengan 250-300 uskup dan kaisar sendiri sebagai ketua. Pendapat Arius tidak diterima dan dia sendiri dipecat. Konsili menyetujui bahwa Logos atau anak “homo-usios –sezat atau sehakekat- dengan Bapa. Menurut Constantinus rumus ini hanya menyatakan bahwa Logos berhubungan rapat dengan Allah Bapa supaya semua dapat menafsirkan sesuai dengan pikiran masing-masing supaya ketentraman dan pestuan didalam gereja dan negara terjamin. Ini hanya suatu kompromi saja. Pada hakekatnya perselisihan ini terus berlangsung.
Pertikaian teologi in baru berakhir sesudah Theodosius Agung jadi kaisar th 379. Konsili Oikumenis II diadakan di Konstatntinopel th 381 yang memutuskan bahwa Anak itu homo-usios dengan Bapa. Keputusan Nicea ditetapkan dengan pengertian yang jelas. Konsili Konstantinopel mengakui juga Roh Kudus sezat dengan bapa menurut ajaran Antanasius.
Konsili III di Efesus th 431 Cyrillus menang atas ajaran Nestorius (golongan Anthokia) yang mengajarkan Yesus seakan-akan menjadi sebuah rumah kudus bagi Logos Allah dimana mereka menitik beratkan kemanusiaan Kristus dan penceraian kedua tabiatNya. Diri Kristus seolah-olah dabagi dalam dua oknum yaitu ilahi dan insani. Dengan itu Allah tidak menjadi manusia sungguh-sungguh.
Sedangkan Cyrillus (golongan Alexandria) mengajarkan keesaan dari kedua tabiat Kristus sambil menitik beratkan tabiat ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan. Dimana Anak Allah menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat manusia yang tak berpribadi hilang lenyap.
Sebelum Konsili ke-IV diadakan tahun 451 mulai thn 448 perselisihan mulai terjadi lagi saat Eutyches mengajarkan bahawa sebenarnya Kristus hanya bertabiat satu, yaitu keIlahian karena kemansuiaanya hanya menyerupai. (Monophysit – satu tabiat). Dioscurus membantu Eutyches tetapi tidak disetujui oleh uskup Roma Leo I. Konsili ke-IV akhirnya dilangsungkan thn 451 di Chalcedon yang dihadiri oleh uskup 600 orang. Yang menghasilkan keputusan kompromi :
Kristus bukan bertabiat satu (Alexandria) dan bukan betabiat dua (Anthokia) melainkan Ia bertabiat dua dalan satu oknum, Kedua tabiat itu tidak bercampur dan tidak berubah dan tidak terbagi dan terpisah.


1.2. ABAD PERTENGAHAN

Pada zaman abad pertengahan ini pengajaran-pengajaran yang timbul dari bangsa-bangsa muda di Eropa Barat dan Utara adalah warisan dari ajaran teologi gereja lama. Yang dilancutkan oleh kaum terpelajar yang berusaha menuntut ilmu pada sekolah-sekolah tinggi dan universitas yang biasanya dinamai “scholastik”
Pokok teologi ini telah ditetapkan oleh gereja karena tidak menciptakan hal-hal yang baru. Jadi hanya memikirkan kembali teologi yang diwariskan waktu dahulu. Ahli-ahli scholastik mengajarkan bahwa teologi yang ada bukan saja untuk dipercayai tetapi untuk dimengerti. Ada usaha untuk membuktikan segala sesuatu yang telah dinyatakan Allah dapat diterangkan dan dibenarkan oleh akal budi manusia.
Terutama bagaimana relasi antara penyataan Allah/wahyu Tuhan dengan akal budi manusia. Dimana dipakai teologi Agustinus dan untuk belatih berpikir menurut ilmu filsafat dipakai “Logica” karangan Aristoteles, filsafat Yunani.
Diawali oleh Anselmus (1033-109) dengan semboyan “aku percaya supaya aku mengerti” dimana ia mulai dengan percaya penyataan Tuhan dan sesudah itu berusaha untuk menjelaskan segala kepercayaannya sehingga diakui selaku kebenaran oleh otak manusia.
Dilanjutkan oleh semboyan : “lebih dulu aku harus mengerti barulah aku percaya” oleh Petrus Abelardus (1079-1142) dalam kitabnya “ya dan tidak”. Tujuannya untuk menyesuaikan segala perkara yang rupa-rupanya tak bercocokan supaya akal budi dipuaskan dan iman mendapat dasar yang teguh. Kekurangan dalam hal ini adalah akal budi menjadi kaidah yang tertinggi untuk mengukur dan menilai iman. Sehingga ia dilawan oleh Bernhard dari Clairvaux.
Pada abad ke XIII dimana kuasa gereja memuncak munculpulah zaman kejayaan bagi scholastik dimana bagaimana mereka berusaha menghubungkan teologi Agustinus dengan filsafat Aristotele supaya dapat dibuat suatu bangunan pikiran yang mulia dimana perkara dibumi dan disorga dapat diterangkan. Dominican berusaha memisahkan pandangan–pandangan Aristoteles, supaya filsafatnya boleh dipakai sebagi suatu dasar teologi gereja.
Dan Thomas dari Aquino (1225-1274) yang beruaha menyesuaikan untuk mencari keseimbangan antara unsur-unsur oleh kaum scholastik dicoba menghubungkannya yakni akal budi dengan penyataan, Alkitab dengan tradisi Aristoteles dengan Agustinus. Dengan Semboyan “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat”. Namun keindahan teologi ini tidak lain dari filsafat kafir maka anugrah dan kasih karunia tak dapat dihargai semestinya. Injil tidak menunjukan suatu persetujuan yang mulia antara penyataan Allah dengan akal budi manusia seperti disangka oleh Thomas.
Golongan Franciscan oleh wakilnya Joh. Duns Scotus di Oxford (1265-1308) muncul dan mengkritik teologi Thomas. Ia mengerti bahwa tak mungkin penyataan dan akal budi disesuaikan satu sama lain.
Kemudian Wiliam dari Occam (1280-1349) ahli scholastik yang bahkan melangkah lebih jauh. Dimana bukan saja akal manusia tak dapat mengerti penyataan Allah tetapi ikrar gereja pun diserang oleh akal budi dengan hebat dimana akal budi tidak dapat memasuki dunia Allah. Manusia hanya dapat menggantungkan diri pada kehendak Tuhan saja walaupun tidak dipahami. Semboyannya : Aku percaya sebab mustahil!.
Scholastik mulai berkurang dan akhirnya ditolak dan dicela oleh ahli renaissance dan humanisme. Penghabisan scholastik terpaksa mengaku bahwa penyataan Allah hanya dapat diterima oleh manusia jika ia takluk kepada Allah sendiri. Injil adalah yang bodoh bagi dunia (I Kor 1:27). Injil untuk manusia tetapi bukan secara manusia..

1.3. REFORMASI DAN POST – REFORMASI.

Kebenaran adalah tujuan Allah untuk GerejaNya. Pada permulaan abad ke-XVI kesesatan yang dialami gereja mulai di bukakan oleh Roh dan kembali kepada Firman Tuhan yang kekal. Gerakan pembaruan yang dimaksud oleh konsili-konsili pada abad sebelumnya gagal belaka karena paus-paus menentangnya. Umumnya orang merasa tidak senang akan kesesatan gereja tetapi tidak ada yang mampu mengubahnya. Dan Martin Lutherlah yang dipakai Tuhan untuk mengusahakan pembaharuan itu.
Penjualan surat penghapusan siksa itulah yang menyebabkan mulainya Reformasi. Kelak Luther mengerti dalam hal inilah jurang perbedaan dirinya dengan gereja resmi saat itu.
Diawali oleh Uskup Agung Albertcht Dri Mainz mengambil dua daerah uskup yang tidak ada uskupnya sehingga ia menerima pendapatan uang tiga kali ganda dan hal ini tidak disetujui oleh Paus Leo X. Kecuali ia membayar kepada Paus kurang dari 10.000 uang keping emas. Dan Uskup Albertcht meminjam uang itu dari Bank Fugger di Ausgberg, tetapi kemudian susah baginya untuk mengembalikan..
Oleh perundingan mereka berdua akhirnya mereka memperdagangkan surat penghapus siksa secara besar-besaran di Jerman dimana separuh dari hasilnya dipakai oleh Albretcht dan separuhnya ke Roma untuk pembangunan gereja Santa Petrus. Surat kuasa diberikan Albretcht kepada para penjual yang dikepalai Johan Tetzel dengan besar-besaran, terkenal dengan pernyataan Tetzel “kalau uang berdenting didalam peti, melompatlah jiwa itu kedalam sorga ! Dan lagi belum pernah rahmat sebesar ini d itawarkan gereja dengan harga semurah ini. Dan surat penghapus siksa itu dapat ditunjukan kepada imam pada jam kematian dimana disangka orang bolehlah mereka berbuat dosa sampai pada akhir ajalnya karena tetap ada penghapusan dosa.
Disinilah Luther menyerang kebiasaan yang buruk itu tatkala orang datang mengku dosa kepadanya dan menuntut penghapusan siksa berdasarkan surat Tetzel itu. Klerus yang lain tidak mau dan tidak berani menentang penjualan surat ini meskipun didesak oleh Luther. Oleh itu Luther memutuskan untuk mengadakan perdebatan umum tentang hal itu. Dan tanggal 31 Oktober 1517 ia memakukan sehelai kertas berisi 95 dalil dalam bahasa Latin dipintu gereja istana di Wittenberg dengan permohonan untuk memperdebatkan pandangan yang dikemukakannya dalam dalil-dalil itu. Pada keesoka harinnya 1 Nopember 1517 banyak orang yang lewat pintu itu dan membaca dalil-dalali itu karena ada pesta “segala orang kudus” dan menyebarlah berita itu keseluruh pelosok.
Dalam waktu yang singkat penjualan surat indulgensi itu kehilangan keuntungan dan menimbulkan amarah ddan kebencian Tettzel, Albrecht dari Mainz dan banyak orang lain. Berkembanglah Reformasi Luther dengan tak tertahan lagi. Disatu sisi Luther dituduh sebagai penyesat dan mulai terancam.
Berbagai usaha dari pihak paus menentang hal itu tetapi tidak berhasil bahkan Luther terus berkembang dengan reformasinya dan bahkan ia tambah maju, ia bahkan sadar dan mengerti bahwa hak dan kuasa paus sama sekali tidak berdasarkan Alkitab dan teologi bapa-bapa gereja. Lama kelamaan timbullah keyakinan pada Luther sama seperti pada sekte di abad pertengahan bahwa paus adalah Mesias palsu atau Antikrist.
Berlanjut bukan lagi tentang surat indulgensi menjadi pokok perhatian Luther tetapi kuasa paus/hak paus. Bahkan konsili pun dianggap tidak sempurna bahkan mudah tersesat. Alkitab harus dijadikan ukuran dan patokan bukan paus atau konsili, Firman Tuhan sajalah yang berkuasa atas orang beriman. Dengan demikian sluruh dasar gereja Roma menjadi goyang sama sekali. Pemerintahan Rohani yang dilakkan kaum pejabat tak sesuai dengan kehendak Allah. Oleh pertalian iman ada hubungan langsung dalam gereja antara Kristus dengan orang percaya. Kristus memimpin umatNya dengan FirmanNya saja. Segala orang percaya adalah iman.
Reformasi gereja berkembang dan Luther mendapat semakin banyak pengikut dan dukungannya semakin berpengaruh di segala kota di Jerman. Ia bahkan dihormati oleh segala golongan dan lapisan masyarakat sebagai Pahlawan bangsa yang berani menentang kuasa Itali. Luther juga sangat mementingkan pelajaran bahasa asli Alkitab dan mempelajari dengan sungguh-sungguh bahasa Latin, Yunani dan Ibrani..
Philipus Melanchon seorang kawan Luther yang baru umur 21 tahun sudah menjadi guru besar bahasa Yunani di Wittenberg (1518) atas ikhtiar Luther, dan membantu Luther dengan segenap tenaganya dan menjadi ahli dogmatik yang tebesar dari Reformasi di Jerman.
Tahun 1520 munculah perlawanan dari paus dimana 41 ucapan Luther ditolak dan diminta untuk Luther menarik semua itu kalau tidak ia akan dianggap sebagai penyesat dan dapat dikenakan hukuman gereja. Najmun Luther tetap kokoh dengan pendiriannya bahkan semakin nyata nampak bahwa Luther memutuskan hubungan dengan gereja Roma.
Berlanjut dari putusan gereja Roma yang sudah tidak diperdulikan oleh bnayak orang datang sidang kaisar ikut dalam hal ini. Dipanggil ke Worms tempat rapat negara diadakan. Tanggal 18 April 1521 dihadapan sidang negara wakil paus menuntut supa Luther menarik kembali segala pandangannya yang sesat tetapi Luther selalu menunjuk kepada Alkitab. Hanya dengan firman Tuhan saja ia mau diyakinkan apakah ajarannya baik atau salah. Dan tanggal 26 Mei 1521 Luther tetap menerima kutuk negara dimana ia boleh ditangkap dan dibunuh oleh siapa saja yang menemuinya, segala karangannya pun harus dibakar. Dan ahirnya Luther dibawa kedalam puri Wartburg yang tinggi letaknya dekat Eisenach, supaya ia aman dan tentram tersembunyi untuk sementara waktu..
Hanya satu hal yang dimaksudkan Luther: Ia mau membebaskan Injil dari belunggunya yang sudah berabad-abad lamanya merintanginya. Usaha manusia untuk memperoleh kesucian dan keselamatan dengan ketaatan pada taurat gereja ditolaknya, karena oleh iman saja manusia dibenarkan, berkat anugrah Tuhan, bukan para klerus yang berkuasa dalam gereja kristus melainkan Alkitab saja.

Pembaruan gereja oleh Luther bukan saja penting bagi kaum protestan, tetapi bagi Gereja Katolik Roma karena Luther memaksa gereja untuk sadar keadaanya dan membersihkan rumahnya sendiri. Namu lama waktunya para pemimpin Roma untuk mengerti ajaran Paulus seperti yang dikemukakan Luther. Bahkan ketika mereka mengertinya mereka bahkan berada didlam persimpangan jalan dimana apakah mereka mau bertobat pada Injil sejati atau mau berpegang teguh kepada moralisme yang telah berabad-abad dijunjungnya. Konsili Trente (1545) memilih jalan kedua yang sesat ini. Gereja menutup telinga terhadap suara panggilan Firman Tuhan meskipun semua aib, keburukan diperbaikinya, Mereka meneruskan jalan yang lama dengan berobah sikap yang lebih fanatik untuk membinasakan ajaran reformasi.
.

No comments:

Post a Comment